SALATIGA – Kesan heran langsung terlihat pada wajah anak-anak Attadale Primary School of Perth, Western Australia. Saat memulai pertemuan daring (virtual meeting) dengan peserta didik SD Muhammadiyah Plus Salatiga. “Kenapa anak-anak di Indonesia memakai penutup wajah?” kata salah satu siswa Attadale Primary School. Diantara mereka langsung meminta dengan polos agar anak-anak dari SD Muhammadiyah Plus membuka masker supaya dapat mengenal wajah.
Rupanya karena anak sekolah di Australia khususnya kota Perth sudah lama menjalani aktifitas sekolah secara normal. Tanpa masker, tanpa jaga jarak, tanpa dibatasi kerumunan atau protokoler kesehatan lainnya. Segala aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah sudah kembali normal. Aktifitas masyarakat juga sudah berjalan normal. Saat ke luar rumah sudah tidak memakai masker, kegiatan berkerumun juga sudah diizinkan, bahkan sekolah tidak pernah libur berkepanjangan, dan tidak pernah mengalami on line learning. Kota Perth benar-benar sudah lama dalam kondisi zero transmission Covid. Demikian kata Ms. Dian Leggett salah satu guru di Attadale Primary School Pert- Western Australia.
Pertemuan virtual kali ini bertema “Cross Culture Virtual Meeting”, melanjutkan kerjasama antar dua sekolah beda negara yang telah lama dijalin. Pertemuan digelar dengan menggunakan aplikasi webex. Aplikasi pertemuan jarak jauh (telekonferensi) yang direkomendasikan oleh otoritas negara di sana. Pemerintah Australia salah satu negara yang memiliki komitmen kuat melindungi warga negaranya dengan tidak mudah menggunakan aplikasi yang belum recommended.
Meskipun suasana libur akhir tahun ajaran, anak-anak SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga begitu antusias hadir di sekolah yang diantar oleh orang tua. Peserta yang mengikuti dibatasi dengan mempertimbangkan protokol kesehatan Covid-19. Peserta didik di Attadale Primary School Perth juga terlihat sangat antusias mengikuti silaturahim antar negara ini walau harus menyita waktu istirahat sekolah mereka. Mereka saling bertanya banyak tentang kegiatan masing-masing. Salah satu peragaan yang dilakukan oleh anak-anak di Perth yaitu mengenalkan olah raga yang tidak ada di Indonesia yaitu permainan “Kriket”. Mereka mengenalkan alat yang digunakan, pemain, aturan main, bahkan memperagakan secara virtual di depan layar.
Kegiatan ini rencananya akan diadakan secara rutin bersama Indonesian Club yang ada di sekolah tersebut. Tentu saja SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga menyambut dengan sangat senang, karena dengan program ini dapat memberikan pengalaman menarik dan memperluas wawasan internasional.
Kontributor berita: Marijo/Wiwik